Chapter 0 (Prolog) - Begitulah, Celaka Aku | The Main Heroines are Trying to Kill Me
Chapter 0 (Prolog) – Begitulah, Celaka Aku
Aku adalah villain terhebat kekaisaran.
“Kekaisaran tidak mungkin berakhir menyedihkan seperti ini jika bukan untukmu.”
Itulah yang diucapkan tunanganku, seorang jenius yang muncul sekali dalam satu generasi dan seorang Konselor Kekaisaran, sebagai kalimat terakhir untukku sebelum dia pergi menuju pertempuran terakhir melawan pasukan Raja Iblis.
Dia meninggal mempertahankan Istana Kekaisaran sampai akhir hayatnya.
“Persetan dan matilah, bajingan!”
Itulah kalimat terakhir yang diucapkan padaku oleh sang Archmage yang menyapu bersih medan perang dan memburu para eksekutif Raja Iblis.
Dia berhasil membuat luka fatal pada Raja Iblis sebelum anggota tubuhnya terkoyak.
“Kamu menyadarkanku bahwa Dewa-pun telah meninggalkan kita. Untuk itu, aku sangat bersyukur.”
Itulah kalimat perpisahan sang Saint, yang diyakini hadir sekali setiap ribuan tahunnya.
Dia meninggal di tangan pasukan Raja Iblis disaat mengevakuasi seorang rakyat kekaisaran yang tertinggal.
“…Menjijikan.”
Itulah yang diucapan sang Warlock ketika sekarat, yang telah menjadi pembantuku sejak saat aku masih kecil.
Dia menegur sifatku yang mengerikan sebelum melakukan bunuh diri tepat di depan mataku.
“…Dari semua orang yang pernah kukenal, kamulah yang paling menjijikan.”
Itulah bagaimana sang Putri, harapan bagi Kekaisaran, mengucapkan kalimat perpisahannya di hari pertempuran terakhir.
Dia melawan Raja Iblis sampai akhir, sebelum digunakan sebagai pengorbanan untuk sihir yang mengubah benua ini menjadi Neraka.
“Bahkan iblis Neraka terkutuk-pun kurang keji jika dibandingkan denganmu, dasar manusia bodoh.”
Raja Iblis berkata seperti itu sambil tertawa, ketika aku mengaku menyerah dan mengambil persenjataan Hero yang diwariskan turun-temurun pada keluargaku.
“…Aku tahu.”
Bagaimanapun, tawa itu berubah seketika menjadi gumaman kaget ketika aku meledakkan persenjataan Hero yang kupegang.
“… Bocah, apa-apaan?”
Aku memberikan jawaban dengan senyuman untuk Raja Iblis yang tampak bingung.
“… Untuk memperoleh Sistem.”
Setelah mengucapkan kalimat itu, aku melirik sistem window yang muncul di hadapanku dengan suara membosankan saat aku mulai menghilang bersamaan dengan Raja Iblis.
Dan ketika aku membuka mata, aku sedang berbaring di kasur asrama pada hari sebelum aku masuk akademi.
“Ha… aku benar-benar kembali…”
Aku menyadari bahwa aku benar-benar kembali ke masa lalu setelah mengecek kalender, lalu aku bergumam pelan.
“Sistem.”
Aku menatap ke depan dengan rasa puas akan sistem window yang kudapat dengan susah payah melawan sifat alamiku sebelum aku mencoba bangun karena merasa lapar.
“Apa?”
Notifikasi muncul tiba-tiba di hadapanku, tubuhku diam membeku karena kaget seketika aku mencoba berdiri.
“…Omong kosong macam apa ini…?”
Celaka aku.
Navigasi
< Sebelumnya | Selanjutnya >
Komentar
Posting Komentar