Chapter 4 - Tidur Bersama Musuh | The Main Heroines are Trying to Kill Me

Chapter 4 – Tidur Bersama Musuh

Bagian 1

“Tuan Muda, bangun.”

“Umm, ada apa …”

“Tuan Muda, jika anda tertidur di sini, bukan hanya reputasi anda yang akan memburuk, tapi keluarga anda juga akan terbawa. Jadi tolong bangunlah segera.”

“Heummm …”

Aku hampir mati sehari setelah regresi karena kutukan Irina.

Terkejut akan kenyataan ini, aku diam-diam berbaring linglung di ruang jamuan yang kosong. Namun segera setelah Kania masuk ruangan, aku pura-pura mabuk lagi.
(TL/n: Kasian anjirr.)

“Kania … gendong aku …”

“Tuan Muda, anda pasti sudah tahu kalau saya …”

“Itu benar! Kania kita itu seorang warlock, kan?”

“Tu-Tuan!”

“Selain itu, dia selalu dalam keadaan lemah karena kutukan yang dialaminya sebagai warlock … yah, mau apa lagi …”

“A-Aku akan menggendong anda. Jadi tolong, berhentilah.”

“Hehe … terima kasih, Kania!”

Kania mengambil nafas dalam-dalam saat dia memposisikanku di punggungnya, lalu dia mulai goyah.

“Woah … phew …”

“Bolehkah saya menurunkan anda sebentar?”

“Kupikir aku tidak perlu turun jika posisimu tegak.”

“……”

Kania sedikit gemetar setelah mendengar ini, lalu segera menjawab dengan suara serak dan kesal.

“Saya akan memperbaikinya.”

“Semangat! Lari, lari!”

“… Ha, serius?”

Begitulah, Kania dengan pelan berjalan menuju asramaku, sambil mendengarkan ocehanku yang berpura-pura mabuk dengan mata matinya yang tertuju padaku.

“Uhuk! Uhuk! Uhuk!”

“Apa yang salah dengan anda kali ini?”

“Jangan khawatirkan hal itu … tetap ikuti jalanmu, penyihir hitam …. Oh, barusan aku memanggilmu penyihir hitam, kan? Bukan Warlock …?”

“……”

Dan begitulah aku menanamkan life force dariku ke tubuhnya saat dia menggendongku.

Kania tidak bisa lama bertahan hidup dan akan segera meninggal jika aku tidak mentransfer life force padanya dengan rutin seperti ini. Itulah kenapa aku harus memberinya life force kapanpun kesempatan menyapa.

Sebagai referensi, semakin banyak tubuh kami saling kontak, semakin banyak pula life force yang bisa ku transfer padanya.

Jadi, aku mencoba memasukkan life force yang setara satu bulan kehidupan pada kesempatan ini, tetapi segera aku menyerah disaat aku ingat kalau dia juga mencari kesempatan untuk membunuhku.

Dengan begitu aku mulai memasukkan sedikit demi sedikit life force dari yang biasanya untuk menghilangkan rasa lelah yang dia rasakan saat aku di punggungnya dan berpura-pura tertidur.

“Aku tidak tahu jika ini trik dari Dewa atau apa …”

Di waktu bersamaan, Kania, yang sedang menggendongku, tiba-tiba bergumam dengan suara dengki.

“… namun demi adikku, di kehidupan ini, aku harus membunuhmu.”

‘Itu berlebihan.’

Aku merasa mual sebagaimana aku tidak bisa memuntahkan darah yang datang ke mulutku karena aku terlalu banyak memberikan life force-ku pada Kania. Sementara itu, dia menyatakan akan membunuhku. Terima kasih untuk ini, hatiku menjadi terasa sakit.

Bagaimanapun, hal seperti ini tidak bisa kuhindari selama aku menjadi villain.

Sekarang, bagi Kania, aku adalah seorang sampah yang menargetkan adiknya, yang lama kelamaan akan diketahui memiliki talenta luar biasa dalam sihir penyembuhan.

“… gulp.”

Terima kasih untuk efek samping membagikan life force, aku pelan-pelan menelan semua darah di mulutku dan mulai tertidur di punggungnya.

Tentu saja, aku tidak tidur sungguhan, karena aku takut akan dibunuh ketika tidak sadarkan diri.

Berpura-pura menjadi villain tentulah terasa sulit.

.

.

.

.


Bagian 2

“Tuan Muda, kita sudah sampai.”

“Ahhh … di mana …?”

“Ini adalah asrama yang akan Tuan Muda tempati mulai hari ini. Akademi secara spesial membuat ruangan ini dari kualitas terbaik, sehingga anda merasa nyaman …”

“Keluarlah.”

“… Ya?”

“Kamu harus keluar agar aku bisa tertidur.”

Aku menyela penjelasannya dengan menyuruhnya pergi, berpura-pura merasa jengkel.

“Lalu, saya undur diri.”

Setelah itu Kania membungkuk 90 derajat sebagai salam dan tersenyum cerah untuk beberapa alasan. Aku menatapnya untuk beberapa saat, dan sebagaimana dia membuka pintu untuk pergi, aku bergumam.

“Tunggu, jangan pergi.”

“… Ya?”

“Jangan pergi dulu.”

“… Saya mengerti.”

Ketika aku memintanya untuk tinggal, dia memiringkan kepalanya sejenak seolah bingung, namun segera menunjukkan ekspresi kalau dia sudah mengerti.

Mungkin, dia berpikir ‘ Ada apa dengan Tuan Muda? Ah! Dia pasti akan meminta omong kosong lagi!’. Bukankah itu mungkin dia bisa mendapat jawabannya sendiri?

“Kesini sejenak.”

Dengan pemikiran yang sia-sia, aku membeli [Mind Reading Lv1] dari toko skill di jendela sistem yang sebelumnya sudah melayang di hadapanku, lalu memanggil Kania.

“…….”

Dia menghampiriku dengan ekspresi busuk di wajahnya. Aku bahkan belum berkata apapun, tapi cemoohannya membuatku merasa seperti bocah penggembala dari dongeng-dongen fantasi kekaisaran.

Omong-omong, ketika aku menggunakan skill mind-reading-ku padanya, yang sedang berjalan ke arahku, emosi yang terlihat di hadapanku sama seperti yang ditampilkan sistem, kecuali satu yang terakhir.

Bahkan emosinya yang paling waras, ‘Kemauan Kuat’, pasti ada karena keinginannya untuk membunuhku. Ini mulai membuatku sedikit takut untuk menggunakan skill mind reading di masa depan.

Omong-omong, itu luar biasa bahwa aku dapat melihat emosi sedetail ini meskipun masih level 1. Aku menantikan seberapa banyak kegunaannya jika aku menaikkan levelnya lebih jauh.

“Jendela Status.”

Setelah mencoba Skill Asistansi Pemula, ‘Mind Reading’, aku bergumam untuk membuka jendela status.

‘Bukankah nilai mananya aneh? Apa karena kutukan?’

Lahir dengan kekuatan untuk menggunakan Sihir Hitam, Kania secara harfiah punya potensi untuk menutupi dunia dengan kegelapan.

Namun, dia tidak hanya lahir dengan sihir hitam.

‘Kutukan Self-Destruction’ miliknya, yang menemaninya bersama dengan talenta bawaannya untuk sihir hitam, mengikis kehidupannya secara berkala. Karena hal ini, mana yang dimiliki Kania menjadi tidak stabil, dia bahkan tidak bisa menggunakan sihir jika aku tidak membantunya sekarang.

Mungkin itulah kenapa angka mananya ditampilkan sebagai tanda tanya.

‘Lagipula, aku harus melakukan sesuatu tentang kutukan ini.’

Tentu saja, meski lahir dengan kutukan, dia masih akan tetap hidup. Namun jika aku membiarkannya, akan ada waktu di mana life force-ku saja tidak akan cukup untuknya. Dalam beberapa bulan ke depan, dia akan menghadapi masa krisisnya.

Jadi aku tetap perlu mengakumulasi sebanyak mungkin poin false evil, lalu lanjut ke tahap berikutnya, dan mencari cara untuk membangunkan kunci penyembuhan kutukan itu, yang tidak lain adalah adiknya Kania sendiri.

Setelah aku selesai merenungkan tentang kutukan Kania, aku memasang ekspresi wajah yang malas berbicara dan memberi isyarat pada Kania untuk pergi.

“……”

Kania, yang kelihatannya juga malas berbicara, menundukkan kepalanya dan pergi keluar. Kami berdua cukup akur dalam aspek ini.

Setelah Kania pergi, aku melamun sejenak, lalu mulai mengecek daftar skill yang telah aku dapatkan.

“… Seginipun sudah berguna.”

Karena sistem masih di tahap pemula, di sana tidak ada kemampuan yang cukup kuat untuk mengalahkan Raja Iblis. Meski begitu, level ini masih sangat bermanfaat untukku sekarang.

Pertama, tidak ada yang perlu dibicarakan terkait ‘Intuisi False Evil’, karena skill ini tentu saja sangat aku butuhkan di situasi saat ini.

Skill ‘Emergency Protection’ tampaknya menjadi skill terkuat bersamaan dengan intuisi false evil dari semua skill yang aku punya sekarang. Sayangnya skill ini hanya sekali pakai, juga ada batas pemakaiannya di setiap aku membelinya. Meski begitu, melihat skill ini dapat melindungiku dari mantra Irina yang sangat kuat dan berbahaya, performanya sudah terjamin.

Untuk yang lain, ‘Inspect’ dan ‘Mind-Reading’ sesekali bermanfaat juga. Sebagai referensi, tidak ada cooldown untuk penggunaan awal skill mind reading, jadi aku bisa menggunakannya lagi hari ini.

“Item Store.’

Aku mencoba membuka toko item setelah melihat-lihat daftar skill sejenak, tetapi jendela notifikasi berwarna merah muncul di hadapanku.

“… Apakah ini artinya levelku masih rendah untuk seorang False Evil?”

Merasa sistem mendesakku untuk melakukan perbuatan jahat lainnya, aku menutup jendela notifikasi dan membuka jendela status.

“… Apa? Kenapa jadi seperti ini?”

Ada yang salah. Kecuali mental strength, semua nilai tampil sebagai tanda tanya.

Aku panik dan mencoba menyentuh jendela status, tapi tidak ada interaksi yang terjadi kecuali status mental strength. Apa-apaan ini?

‘Omong-omong, bukankah nilai mental strength-ku cukup tinggi?’

Mungkin nilai mental strength-ku tinggi karena di kehidupan sebelumnya aku menahan perasaanku saat melakukan perbuatan-perbuatan dosa dan mencoba tidak menjadi jahat sepenuhnya.

Bagaimanapun, kenapa status lainnya ditampilkan sebagai tanda tanya? Mungkinkah aku hanya bisa melihatnya setelah meningkatkan atau melihat statistik di tahap selanjutnya dan seterusnya? Atau aku melakukan suatu hal yang salah setelah regresiku?

Setelah melihat jendela sistem sambil berpikir segala kemungkinan, aku segera mencoba meningkatkan satu-satunya level interaktif, mental strength. Namun lagi-lagi sistem memunculkan pesan bahwa itu tidak didukung di tahap ini.

‘Sudah kuduga, apakah aku tidak punya pilihan lain selain mengakumulasi poin dengan melakukan perbuatan jahat satu-persatu?’

Setelah menutup sistem sambil menghela nafas, aku menutup mataku karena merasa lelah.

Sistem juga mengatakan kalau aku lelah, jadi sekarang mungkin sudah waktunya aku tidur. Lagipula, aku harus tetap membuat para heroine dalam pengawasanku di esok hari dan seterusnya, jadi bukankah aku harus dalam kondisi yang baik?

Saat aku menutup mataku dan mencoba tidur-

— knock, knock, knock!

“… Hmm?”

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu. Aku mengerutkan kening, tidak punya pilihan selain berdiri lagi.

“Siapa itu?”

“Ini saya, Tuan Muda.”

“… Kania?”

Aku sudah bersiap untuk mengumpulkan pon false evil, karena aku sangat marah pada orang yang mengetuk pintu di tengah malam seperti ini. Tetapi anehnya, Kania adalah orang yang berdiri di depan pintu kamarku.

“Ada apa?”

“… Barang-barang saya.”

Aku tidak tahu kenapa, tapi barang bawaannya menumpuk di depan ruanganku.

“Lalu, saya permisi.”

“……?”

Saat aku menggelengkan kepala setelah melihat yang terjadi, Kania tiba-tiba memasuki ruanganku dan mulai mengeluarkan barang-bawaannya, satu persatu.

“… Apa yang kamu lakukan?”

“Saya sedang beres-beres?”

“Tidak, kenapa kamu mengeluarkan barang-barangmu di sini?”

“Saya juga harus tinggal di sini mulai hari ini.”
“… Apa?”

Terkejut akan kata-katanya, aku segera menenangkan hatiku dan bicara perlahan.

“… Omong kosong macam apa ini? Harusnya kamu tinggal di asrama para rakyat jelata; asrama ini ditempati para bangsawan.”

“Bukankah anda tahu?”

Mendengar ucapanku, Kania tersenyum dan kalimat tidak terduga keluar dari mulutnya.

“Saya masuk akademi sebagai pelayan Tuan Muda.”

“Apa? Apa maksudmu?”

Seingatku Kania memasuki akademi sebagai murid biasa di kehidupan sebelumnya. Jadi kenapa sekarang seperti ini ….

“Kemarin, saya meminta izin pada ayah Tuan Muda melalui telegram. Dan untungnya, beliau mengizinkannya.”

“… Kenapa?”

“Bukankah beliau hanya mengkhawatirkan putranya, Tuan Muda sendiri, yang selama ini tinggal bersamanya? Tidak ada alasan lain.”

Kania membalas dingin pertanyaanku dengan ekspresi bingung lalu menambahkan beberapa perkataan lainnya dengan seringai.

“Oh, sang Duke juga berkata seperti ini, ‘Awasi Tuan Muda agar dia tidak menyebabkan masalah.’. Jika anda mengusir saya, beliau akan mengeluarkan anda dari akademi.”

“Sialan.”

Di momen Kania mengatakan ayah akan mengeluarkanku, sistem memunculkan jendela berwarna merah.

Ya, sistem membatasiku dengan cara ini. Diantara semua, satu yang menjadi masalah sekarang yaitu poin yang pertama, dikeluarkan dari akademi.

Berdasarkan ucapan leluhurku di buku ramalan, batasan ini terjadi karena latar belakang ‘Dark Tale Fantasy 2’ itu di akademi …. Terima kasih untuk ini, sekarang situasiku benar-benar menjadi sulit.

Jadi kenapa aku tidak bisa menjelaskan situasinya saja pada ayahku, yang tahu bahwa aku seorang False Evil, dan mengeluarkan Kania atau membuatnya jadi murid biasa?

Alasannya karena dunia sialan ini tidak semudah itu.

Karena mantra sihir yang ada pada buku ramalan, di momen saat aku regresi, semua orang kecuali aku yang tahu isi dari buku ramalan ingatannya akan dihilangkan.

Mantra seperti ini digunakan karena sistem akan menghukumku dengan mengurangi durasi umurku jika seseorang tahu aku seorang False Evil.

Sebelumnya, jika ‘Skenario Game’ yang disebutkan buku ramalan itu benar, mungkin sekarang ayahku menjadi orang yang memperlakukanku dengan kasar karena kelakuan bodohku. Namun di waktu yang bersamaan, dia juga tidak bisa meninggalkanku karena kasih sayangnya.

Itu merupakan setting yang canggung dan aneh, tapi apa yang bisa kulakukan mengenai ‘Paksaan’ dari ‘Skenario’ ini? Lagipula, ada alasan kenapa leluhurku menyukai istilah ‘dog shit game’ untuk dunia ini.

Omong-omong, kesimpulannya, di kehidupanku sebelumnya, aku tidak bisa memberitahu kebenarannya pada siapapun agar aku bisa membuat Amukan Persenjataan sang Hero, yang menggunakan ‘kebaikan’ sebagai sumber energinya. Meski begitu, ayahku menyemangati dan menasihatiku, dan sekarang dia tidak lagi di pihakku.

Dengan kata lain, tidak ada seseorang yang bisa membantuku.

Aku yang saat itu merasa putus asa, menerima ucapan selamat malam dari Kania yang sudah selesai membereskan barang-barangnya.

“Kalau begitu … Selamat malam, Tuan Muda.”

“……”

Setelah mengucapkan hal itu, dia menutup matanya dan tertidur.

“… Ini membuatku gila.”

Aku merasa emosi beberapa saat. Terlintas dipikiranku untuk tidur diluar, namun segera aku menyadari bahwa Kania bisa saja mencurigaiku jika aku melakukannya setiap saat tanpa alasan pasti. Dan yang paling penting, aku tidak punya satupun tempat diluar untuk tidur.

Tidur malam hari akan terasa sulit mulai dari sekarang.

‘Tidak, bukankah aku tidak boleh tidur?’

.

.

.


Bagian 3

“Malam ini, saya berdoa pada Dewa Matahari yang Suci …”

Disaat Frey merenung sepanjang malam dengan matanya yang terbuka,

“… saya minta maaf karena berani meragukan keberadaan anda, dan saya sangat bersyukur telah diberikan kesempatan.”

Di asrama perempuan yang terletak tidak terlalu jauh dari ruangannya, seorang perempuan bertubuh kecil memegang kedua tangannya bersamaan untuk berdoa.

“Meskipun saya malu akan diri saya sendiri, saya memohon kepada anda, Dewa Matahari …”

Dia dikenal sebagai ‘Saintess Putih Murni’ karena rambut putihnya yang elegan dan mengkilau, hatinya yang baik dan bersih, serta aura emasnya yang memancar dari tubuhnya.

“… tolong bantu saya kali ini, agar saya bisa merusak Frey Raon Starlight hingga meninggal.”

Dia menyelesaikan doanya dengan ekspresi dingin di wajahnya setelah itu.

“… Dan jika diperlukan, saya bersedia mengorbankan nyawa saya, Perloche Astellade.”


Navigasi

< Sebelumnya  |  Selanjutnya >

DAFTAR CHAPTER

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Happy End (ハッピーエンド) - back number | Lirik Lagu & Terjemahan Indonesia

Rekomendasi Manhwa Terbaik Tahun 2021

Heeriye - Jasleen Royat ft. Arijit Singh | Lirik Lagu & Terjemahan Indonesia